Twitter

Archive for Juli 2019

Hantu Gepeng Dulu Populer Akibat Gegar Budaya Urban di Indonesia


hantu ini populer. Kita bisa menduga maraknya pembangunan ini mencetak kelas konsumen baru seiring modernisasi kota, menghasilkan cerita hantu bule sugar daddy tergencet lift.

Kami percaya cerita-cerita hantu yang khas Indonesia tidak begitu saja muncul dari ruang hampa. Sebagai folklore, cerita-cerita itu adalah ekspresi kultural suatu masyarakat tertentu, yang diteruskan dari mulut ke mulut, dari generasi satu ke generasi berikutnya. Dalam banyak kasus, cerita hantu bahkan punya peran sosiologis, peran yang jauh lebih besar daripada menakut-nakuti bocah semata. 


Cerita hantu masa kecil saya tergolong garing. Saking garingnya saya malah enggak pernah denger yang namanya hantu mister gepeng. Padahal, konon, mister gepeng adalah salah satu hantu paling ngetop di era 90-an before social media was even cool. Olala, kasihan sekali masa kecil saya. Apa karena saya tinggal di pelosok desa atau mungkin karena saya kurang peka dengan gosip di sekeliling saya? Bisa jadi karena dua-duanya.

Kita mulai dari awal dulu. Pertama kali mendengar soal mister gepeng terjadi satu bulan lalu ketika saya bersama kolega nongkrong bareng sambil ngopi dan sebats. Seorang teman lantas bilang bahwa mister gepeng sebenernya adalah sosok sugar daddy yang mati terlalu cepat.

Konon, menurut legenda urban, mister gepeng, yang ditaksir berusia awal 40-an dan sedang di puncak kariernya, tewas tergencet elevator sambil membawa sekoper penuh uang. Tapi buat menjelaskan seperti apa sosok mister gepeng semasa hidup tak pernah ada jawaban pasti. Apakah mister gepeng berdandan dandy dengan setelan jas kedodoran macam Hotman Paris? Wallahuallam.

Yang jelas dari rumor yang bergulir secepat kilat dari Jakarta ke pelosok negeri macam meme yang viral, mister gepeng adalah sosok yang gemar membagi uang dan bisa dipanggil dengan ritual tertentu. Dan lagi-lagi konon, kamu bisa menelepon mister gepeng di nomor 7777777, dan voila! segepok uang bakal tiba-tiba muncul di toilet kamu.

Cerita tersebut terus direproduksi dan populer di kalangan anak sekolah sampai akhir 90-an. Dan karena saya baru dengar cerita itu di paruh akhir 2018, maka saya berinisiatif untuk membedah mitos urban tersebut dari sudut pandang pribadi. Mungkin pula usaha tersebut didasari karena saya kesal dengan masa kecil yang enggak seru dan jauh dari cerita-cerita hantu.


Hipotesis pertama: mister gepeng enggak siap dengan perubahan yang terlalu cepat. Ini membuat mister gepeng menjadi sosok yang gagap teknologi dan kurang aware terhadap kemunculan teknologi baru. Akhirnya terjadilah kecelakaan tersebut.

Cepatnya laju pembangunan sesudah booming bisnis minyak 1970-an memungkinkan banyak orang naik kelas menjadi orang kaya baru (OKB) yang masih kaget dengan perkembangan budaya. Kemungkinan besar, mister gepeng masuk dalam kategori OKB yang ke mana-mana bawa segepok duit.

Pertumbuhan kota Jakarta memang tergolong cepat. Saat lepas dari cengkeraman pemerintah kolonial Belanda, Jakarta ibarat prajurit yang terluka parah sehabis peperangan besar. Inflasi meroket, APBD mengalami defisit, kemiskinan mendera, infrastruktur dan transportasi pincang, sementara arus urbanisasi dari desa terus merangsek. Saat Ali Sadikin menjabat gubernur Jakarta, dibuatlah rancangan induk (masterplan) kota Jakarta 1965-1985 dengan ambisi membuat ibu kota tersebut sebagai metropolitan yang bermartabat. Dari situ Ali mulai membuka keran investasi swasta buat memodali pembangunan.


Siapa yang menyangka, kini pembangunan yang seharusnya membuat orang Jakarta hidup bermartabat, justru menjadi bola liar yang malah menggilas manusianya. Kini lebih dari empat abad kemudian, The Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH) pada 2015 mencatat Indonesia sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan gedung bertingkat tinggi tercepat di dunia. Tak kurang dari 345 gedung bertingkat kini berdiri tegak mencakar langit Jakarta, membuat kota tersebut kelebihan pasokan gedung perkantoran.

Pertumbuhan pesat namun tidak manusiawi tersebut barangkali membuat orang-orang yang hidup dalam suatu kota menjadi tidak siap alias mengalami gegar budaya. Dari yang awalnya hidup nyaman di kampung, kini harus dihadapkan dengan menara raksasa. Dari yang awalnya hidup rukun gotong royong—seperti impian Bang Ali dengan program kampung-isasinya—kini harus sikut-sikutan, gontok-gontokan berebut naik ke puncak gedung.

Kedua, bisa jadi sosok mister gepeng sengaja diciptakan oleh kaum aristokrat alias Orang Kaya Lama. Seperti Partai menciptakan Bung Besar buat mengawasi rakyatnya di novel 1984. Bedanya mister gepeng dibikin buat menyemangati kaum miskin kota supaya semakin bisa dihisap tenaganya dengan iming-iming naik kelas, persis seperti mister gepeng. "Ayo bekerja dengan keras, supaya bisa naik kelas."

Tentu saja, segregasi sosial dan kelas amat mencolok di Jakarta. Tak perlu penjelasan panjang lebar kalau soal ini. Segregasi kelas sosial ini penting buat para konglomerat. Apa naik Bentley akan senikmat itu jika semua orang bisa membelinya secara kredit macam motor sejuta umat Honda Supra? Apakah rasa steak wagyu dengan tingkat kematangan medium rare tetap enak ketika warteg pun menyajikannya?


Jangan ngimpi, tentu saja tidak. Maka untuk mengamankan posisinya, kaum feodal dan aristokrat bakal melakukan segala cara, termasuk mengadu domba rakyat proletar (seperti saya dan kamu). Untuk itu, perlu diciptakan sebuah sosok yang sukses menggenggam setumpuk duit untuk menarik semangat kerja rakyat jelata, meski sosok tersebut harus bernasib tragis.

Ahh, barangkali saya terlalu iri dan dengki sampai-sampai menuduh konglomerat berkonspirasi menciptakan hantu mister gepeng. Toh, bisa saja sosok mister gepeng diciptakan oleh perusahaan telekomunikasi agar orang ramai-ramai menelepon sampai tagihan telepon rumah membengkak dan orang tua mencak-mencak karena anaknya bikin keuangan rumah megap-megap.

Kini hantu mister gepeng surut pamornya. Jakarta dan sekitarnya tak lagi mengalami gegar budaya, meski kantong-kantong orang miskin masih berdiri anteng di bantaran Kali Ciliwung. Tapi setidaknya kita tak lagi perlu sosok mister gepeng buat mengejar kekayaan, 



Melalui akun Instagram, seorang warganet bernama Hebbie Agus Kurnia menceritakan melakukan perjalanan dari Bekasi Timur ke Bandung dalam waktu singkat dengan menumpang sebuah bus berbau anyir. Ia mengaku tak dipungut sepeser uang pun oleh kondektur bus. Para penumpang bus, masih menurut pengakuan Hebbie, terlihat pucat dan kaku. 

Sehari kemudian, Rabu, 26 Juni 2019, hiburan horor lain kembali mendapat tempat di Google Trend. Film Annabelle Comes Home, sekuel ketiga Annabelle dan seri keenam dari semesta The Conjuring dirilis hari itu.

Film pertama Annabelle sukses meraup pendapatan lebih dari $257 juta sementara sekuelnya mengantongi lebih dari $306 juta. Laris manis waralaba Conjuring menunjukkan bahwa hiburan horor selalu mampu menarik perhatian orang. 

Bonaventura D. Genta, pemilik akun Youtube Kisah Tanah Jawa, akun yang berisi tentang misteri tempat-tempat angker, mengakui bahwa hiburan horor memang selalu mendapat tempat. 

“Sebenarnya kalau kita sendiri, horor itu kan selalu menjadi makanan ya buat penonton-penonton di Indonesia, apapun kontennya [kalau] tentang horor pasti akan dimakan. Horor itu enggak pilih-pilih,” ujar pemilik akun dengan 301.000 pengikut ini.

Pernyataan Genta tentu beralasan. Video-video akun "Kisah Tanah Jawa" memang telah diakses ratusan ribu penonton. 

Genta menceritakan konten yang ia bikin ini berawal dari pertemuan dirinya dengan Om Hao dan Mada ketika menulis cerita "Keluarga Tak Kasat Mata", sebuah kisah horor yang dimuat di Kaskus dan diangkat ke layar lebar. 

"Kemudian setelah selesai ‘Keluarga Tak Kasat Mata’ kita kumpul, yuk bikin apa lagi, masak cuma gini-gini aja? Akhirnya ya "Kisah Tanah Jawa" berdiri sampai sekarang,” kata pria berusia 26 tahun ini. 



Genta menyampaikan bahwa ide pembuatan akun berasal dari Om Hao, dan Made, dan dirinya. Genta sendiri mengaku bukan penggemar hiburan atau cerita horor. 

“Aku enggak suka nonton horor, lebih suka nonton drama. Konten itu ya cuma kalau pas ngumpul aja. Dan sebenarnya saya enggak begitu suka juga, malahan kita menghindari itu karena dengan banyaknya kita menonton, nanti mempengaruhi pikiran dan gaya berpikir kita,” ungkapnya kepada Tirto, Kamis (15/6).

Tingginya minat orang Indonesia dalam mendengarkan cerita horor, mendorong Genta dkk untuk memberikan tontonan yang berbeda. Melalui kanal Youtube-nya, Genta tak ingin hanya menyajikan hiburan yang menyeramkan, tapi ia juga memberikan edukasi. 

Genta mengatakan Kisah Tanah Jawa dibuat oleh tiga orang dengan latar belakang yang berbeda-beda: Om Hao menggeluti 'ilmu metafisika', Mada pecinta sejarah, dan Genta yang tak pernah percaya hal-hal mistis. 

“Makanya apa yang diberikan Om Hao itu menurut metafisika, harusnya menggunakan data sejarah yang ada, sehingga sebagai orang awam, kita bisa menerima dengan logikanya,” tutur Genta. 

Setelah membagikan cerita itu, baik di Kaskus maupun Youtube, tak jarang Genta mendapat umpan balik dari para penikmatnya. Di situ penonton kerap mengomentari kesamaan antara kisah mereka dan Genta. 

“Jadi itu konsep yang kita pakai. Jadi "Kisah Tanah Jawa" itu enggak pernah menggurui atau memberikan sebuah ilmu pasti, jadi hanya memberikan sebuah media saja untuk mereka melakukan pembenaran atas apa yang pernah mereka alami,” katanya. 

Tak Sekadar Takut 
Bus berhantu, film Annabelle, cerita-cerita Genta, dan sederet hiburan horor lainnya selalu mengundang beragam reaksi. Ada yang ketakutan, tak percaya, bahkan menertawakan kisah-kisah tersebut. Efek psikologisnya pun bermacam-macam. 

Baca Studi Bruce Ballon dan Molyn Leszcz berjudul “Horror Films: Tales to Master Terror or Shapers of Trauma” (2018, PDF) mencatat peningkatan stres dan trauma yang terjadi setelah orang menonton film The Exorcist. 


Ballon dan Leszcz mengategorikan Exorcist dalam film horor paranoia karena memberikan efek kecemasan paranoid dan depresif akibat hilangnya anggota keluarga yang dicintai.

Meski begitu, mengapa ada orang yang menyukainya? Para ahli memberikan jawaban yang berbeda-beda. 

Dilansir dari catatan Allegra Ringo untuk The Atlantic (2013), Margee Kerr, seorang staf sosiolog di Scare House, sebuah objek wisata berhantu yang terletak di Pitsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat, mengatakan bahwa kesukaan orang terhadap hiburan horor muncul karena proses kimiawi dalam otak manusia. 

Glenn Sparks, seorang profesor dari Brian Lamb School of Communication, Purdue University, mengatakan bahwa ketika orang menonton film-film yang menakutkan, detak jantuk, tekanan darah, dan pernapasan meningkat. Sensasi itu bertahan setelah film usai serta mempengaruhi emosi setelah menonton. Namun, biasanya orang tanpa sadar akan berfokus pada pengalaman menontonnya, bukan filmnya. "Alih-alih fokus pada rasa takut, Anda akan teringat betapa gembiranya menonton bersama teman-teman sehingga Anda ingin mengulanginya lagi." 

Diwawancarai New York Times pada 2016, neuropsikolog Vanderbilt University David Zald menjelaskan bahwa ada orang yang tak memiliki “rem” ketika melakukan pelepasan hormon dopamin. Tak heran jika satu orang dan lainnya memiliki penerimaan berbeda-beda terhadap hiburan horor. Yang satu menganggap horor menyenangkan, sementara bagi yang lain menakutkan. 


Ketakutan dan Rasa Ingin Tahu 
Terlepas dari rasa percaya-tidak percaya yang muncul, kita tak bisa memungkiri bahwa manusia sering dihantui rasa penasaran. Misalnya saat teman Anda bercerita tentang kejadian menakutkan yang ia alami di sebuah tempat, terkadang secara tak sadar Anda akan menghujaninya dengan pertanyaan. 

Dalam situasi seperti ini, rasa ingin tahu Anda akan meningkat, setelah itu mendorong Anda untuk “menguji” diri sendiri, misalnya dengan mendatangi tempat itu. Nah, ketika rasa penasaran itu terbayar, ada rasa bangga yang muncul. Menurut Kerr, mereka merasakan peningkatan harga diri. 

Namun, sekali lagi, penerimaan masing-masing individu terhadap cerita horor berbeda-beda. Selain perbedaan proses biologis, keadaan sosial-budaya juga berpengaruh. 


Harionago Hantu Mengerikan Berduri Dari Jepang

Salah satu HANTUyang berbahaya dari hi- no- tama yokai